Senin, 09 September 2013

ANAK SEPASANG BINTANG :)

"Bunda ..., jadah itu artinya apa?" Bunda tersentak waktu itu. Tak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari sela bibir mungilku, gadis kecilnya yang baru berumur lima tahun. "Kenapa Sayang?" Bunda bertanya sambil mendekapku di dadanya.

"Orang-orang menyebutku seperti itu," jawabku dengan sangat polos. Aku memeluk Bunda semakin erat dan merasakan perlindungannya. Di waktu lainnya aku ajukan pertanyaan lain padanya.

"Bunda ..., apa saya punya Ayah? Orang-orang itu bilang saya tak punya Ayah," tanyaku. Bunda baru saja selesai mendongeng padaku waktu itu. Bunda tertegun begitu lama.

"Ada!" tegas Bunda meyakinkanku. "Di mana? Kenapa aku tak bisa menemuinya?"

Bunda membimbingku bangkit dari tempat tidur kayu berkepinding. Berjalan ke halaman tanpa penerangan. "Kau lihat langit di atas sana?" Bunda bertanya tanpa melepas genggamannya. Aku mengangguk mengiyakan. "Ayahmu ada di sana!" jawab Bunda meyakinkan.

Aku tidak melihat apa-apa. Selain langit hitam dan taburan berjuta bintang tidak ada gambar wajah manusia terlihat di sana. Tapi aku tidak ingin bertanya lagi. Barangkali ayahku adalah satu di antara kerlip bintang-bintang itu. Besok jika anak-anak itu menggodaku lagi dan mengatakan aku tidak punya ayah aku sudah punya jawabannya.
* * *
Sejak kecil aku cuma punya Bunda. Perempuan yang miskin tanpa harta tapi penuh cinta. Yang selalu menyediakan dadanya untuk menyerap luka-luka. Dengan upah seadanya sebagai tukang cuci pakaian pada beberapa keluarga, Bunda selalu menabung. Katanya aku harus sekolah setinggi mungkin dan jadi orang pandai. Agar tidak bodoh dan melarat seperti dirinya.

Bunda lewati seluruh kehidupan berat sendiri. Mengasuh anak yang terus tumbuh tanpa pendamping di sisi. Tidak mudah memang. Tapi tidak sekalipun aku melihatnya berduka. Kecuali sekali pada suatu malam aku terbangun dan melihatnya mengisak di atas sehelai sajadah. Setiap kali aku menanyakan hal itu pada Bunda, cuma air matalah yang kemudian menjadi jawabannya. Seperti menguak luka yang tak pernah kering sama sekali. Lalu aku jadi tak pernah tega memaksa Bunda untuk menjawabnya. Sebab Bunda terlalu mulia untuk terluka.

Aku tidak ingin mengecewakan Bunda. Perjuangannya tidak boleh sia-sia. Keinginannya melihatku sekolah setinggi mungkin memacu semangatku untuk belajar dengan giat. Aku selalu berhasil mencapai gelar juara sejak duduk di bangku SD hingga SMU. Lalu kemudian aku terpaksa berpisah dengan Bunda.

Aku diterima masuk tanpa test di salah satu perguruan tinggi terkemuka di kota Pontianak. Sekarang aku bahkan telah diterima bekerja di salah satu Bank Syariah terkemuka yang baru berdiri. Aku ingin menjemput Bunda untuk mengajaknya pindah ke kota ini. Tapi Bunda menolak.
* * *
Kukira dengan meninggalkan tempat kelahiran, aku akan bisa hidup dengan tenang. Semua mimpi buruk masa kecil tentang siapa ayahku tidak akan memburuku sampai ke kota ini. Tapi tidak. Sepertinya ia menjelma jadi kutukan yang mengikuti kemana aku pergi. Aku telah dewasa kini. Telah siap untuk menikah dan berkeluarga. Sudah tiga orang lelaki shaleh yang datang mengajukan lamaran padaku. Tapi sudah tiga kali pula aku terpaksa menolaknya. Aku takut menceritakan keluargaku. Aku tak mungkin mengatakan bahwa aku anak sebuah bintang.

"Rabbi ..., aku hanya ingin tahu siapa lelaki yang menjadi ayahku. Hanya itu. Apa aku durhaka pada Bunda?"

"Kau beruntung masih mempunyai Bunda. Aku dibesarkan di panti asuhan, tak tahu siapa keluargaku." Asti, teman satu kamarku mencoba menghiburku. Aku insyaf kini. Aku masih sangat beruntung mempunyai Bunda. Dalam sujudku malam itu aku menangis. Mohon kesempatan pada Allah untuk membahagiakan Bunda. Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum bunga.
* * *
Berita itu sampai lewat seorang tamu. Salah seorang tetangga kami di kampung dulu. Sengaja datang untuk mengunjungiku. Padaku ia cerita Bunda sedang sakit. "Sebenarnya ia sakit sejak lama. Tapi tak mau cerita. Bunda bilang tak mau kalau pekerjaanmu terganggu. Tapi aku pikir kau memang perlu tahu!"

Di rumah aku lihat Bunda terbaring di tempat tidurnya. Tempat tidur yang sama seperti masa kecilku dulu. Tempat Bunda biasa mendekap, mendongeng dan berdoa sebelum lelap menyergapku.

"Kenapa Bunda tidak memberitahuku?" tanyaku setelah mencium tangannya.

"Bunda tak mau pikiranmu terganggu," jawabnya sambil tetap mengukir senyum di wajahnya. Tapi aku melihatnya semakin lemah saja. "Bunda ingin mengatakan sesuatu tentang ayahmu, ia ...,"

"Tidak perlu, Bunda," potongku cepat. "Jangan katakan apa-apa. Tidak ada yang perlu Bunda jelaskan tentang masa lalu. Bunda tetaplah Bunda. Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum bunga!"

Aku memang sudah tidak lagi perduli. Bunda manusia biasa. Mungkin pernah khilaf di masa lalunya. Tapi bagiku kini Bunda adalah anugerah Allah terbesar dalam hidup ini. Dua hari kemudian Bunda berpulang ke Rahmatullah.

Malam itu kembali aku menatap langit. Seperti waktu kecil dulu saat aku bertanya pada Bunda di mana ayahku. Bunda akan menunjuk ke arah langit.Tempat kegelapan malam dihiasi pendar jutaan bintang. Bunda kini telah pergi. Menyusul ayahku di tempat yang abadi. Dan aku tahu kini. Jika seorang lelaki shaleh datang untuk melamar dan bertanya tentang keluargaku, aku akan mengatakan bahwa aku adalah anak sepasang bintang!

Sahabat, apa pun yang kehidupan berikan kepada kita, syukuri dan nikmatilah. Karena sesungguhnya, dalam tiap kesukaran ada kemudahan, dalam tiap kepahitan selalu terselip berkah, sepanjang mata hati kita selalu terasah. (CN02)


Kamis, 04 Juli 2013

Majalah, Koran, Telepon dan Laptop

Kali ini aku akan ngeposting tentang masa kelam di SMP. Daripada panjang-panjang yuk baca postingannya, hehe. 

Bunyi bel... Inilah waktu yang ditunggu-tunggu oleh anak sekolah zaman sekarang. Waktunya pulang. Semua anak-anak di sekolah itu bubar. Mereka pulang bersama teman. Ada yang nungguin temannya, ada yang main-main dulu di sekolah sebelum pulang ke rumah, ada yang nginap di kelas buat ngerjain tugas dan ada yang jajan dulu buat oleh-oleh dari sekolah.
Semua anak di sekolah itu pulang bersama temannya. Tapi, anak yang satu ini, dia anaknya kalau dibilang sama teman-temannya ANEH, soalnya dia selalu pakai “selampe” kalau di sekolah dan kayak pakai cadar gitu. Tapi, dibilang ANEH. Misalnya nama anak yang tadi si Koran. Koran sebetulnya pulang bareng dengan teman baiknya, tapi karena teman baiknya sedang sakit, jadi gak masuk sekolah. Koran  kesepian, akhirnya Koran pulang bareng sama teman sekelasnya (misalnya Majalah) (yaa gak pulang bareng sih, cuma barengnya sampai depan gerbang sekolah). Majalah menerima ajakan dari Koran untuk kedepan sekolah bareng. Sudah sampai didepan gerbang sekolah, temannya Majalah (misalnya si Telepon), manggil dia. Lalu, Koran pulang sendirian dan Majalah pulang bareng dengan Telepon. Karena tadi Telepon melihat Koran dengan perilakunya yang ANEH (yang disebutin diatas tadi), Telepon bilang ke Majalah, “Majalah, itu teman lu kayak orang BEGO dah, ditutupin mulu”. ***

Pas hari Rabu (tanggalnya gak tahu), lagi istirahat, lagi ngumpul-ngumpul bareng teman Majalah bilang ke Koran, “Koran lu dibilang kayak orang BEGO sama teman gua” (emang sih ngomongnya asal jeplak, tapi mau gimana lagi) lalu Majalah bilang lagi, “Lagian pakai selampe, mukanya ditutpin. Kalau emang mau pakai cadar, pakai aja. Jangan digituin, jadi orang mikirnya kayak orang BEGO. Maaf ya”, Majalah melanjutkan, “Semua sekolah ini pada ngomongin lu tau. Jadi trending topic”. Lalu Koran, supaya menutupi kesedihannya dan kesakitan hatinya, Koran bilang, “Iya iya. Berarti aku terkenal dong diomongin,”. Lanjut, teman Koran dan Majalah juga (misalnya si Laptop), Laptop bilang ke Koran, “Iya tau Koran. Lu dibilang teman gua kayak orang IDIOT” (yang itu lebih PEDES). Lalu, Koran sakiit hati dan menangis. Berkata didalam hati “Diejek lagi… Biarin tanggung jawab diakhirat. Tenang keadilan abadi”. 

Jumat, 07 Juni 2013

DETIK-DETIK TERAKHIR WAFATNYA RASULULLAH SAW

Dipetik dari buku 1001 Duka - Himpunan Kisah-kisah Menyayat Hati

dikirim oleh : Retno Wahyudiaty - 2002

(NB : PETIKAN UCAPAN ATAU KATA-KATA HANYALAH DIALOG CERITA)
======================================================================

Daripada Ibnu Mas'ud r.a., bahawasanya dia berkata: "Ketika ajal Rasulullah
saw sudah dekat, baginda mengumpul kami di rumah Siti Aishah r.a

Kemudian baginda memandang kami sambil berlinangan air matanya, lalu bersabda:
Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah
menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada
kamu, agar bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi
peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah."

"Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat kami jadikan untuk orang-orang yang
tidak
ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan
syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa."

Kemudian kami bertanya: "Bilakah ajal baginda ya Rasulullah?"

Baginda menjawab: "Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadrat Allah, ke
Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila."

Kami bertanya lagi: "Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah?"

Rasulullah menjawab: "Salah seorang ahli bait."

Kami bertanya: "Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?"

Baginda menjawab: "Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah."

Kami bertanya: "Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?" Kami
menangis dan Rasulullah saw pun turut menangis.

Kemudian baginda bersabda: "Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua.
Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas
tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku. Kemudian
keluarlah
kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensolatkan aku adalah
sahabatku
Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail
(Malaikat
Maut) beserta bala tenteranya.

Kemudian masuklah anda dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula2 solat
adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan
kemudian kamu semua."

SEMAKIN TENAT

Semenjak hari itu, Rasulullah saw bertambah sakitnya yang ditanggungnya selama
18 hari. Setiap hari, ramai yang mengunjungi baginda, sampailah datangnya hari
Isnin, disaat baginda menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sehari menjelang
baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius.

Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, dia
berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam:
"Assalamualaikum ya Rasulullah?"

Kemudian dia berkata lagi: "Assolah yarhamukallah."

Fatimah menjawab: "Rasulullah dalam keadaan sakit."

Maka kembalilah Bilal ke dalam masjid. Ketika bumi terang disinari matahari
siang, maka Bilal datang lagi ke tempat Rasulullah, lalu dia berkata seperti
perkataan yang tadi.

Kemudian Rasulullah memanggilnya dan menyuruh dia masuk. Setelah Bilal bin
Rabah masuk, Rasulullah saw bersabda: "Saya sekarang berada dalam keadaan
sakit. Wahai Bilal, kamu perintahkan saja agar Abu Bakar menjadi imam dalam
solat."

Maka keluarlah Bilal sambil meletakkan tangan di atas kepalanya sambil
berkata:
"Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?" Kemudian dia
memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau menjadi imam dalam solat
tersebut. Ketika Abu Bakar r.a. melihat ke tempat Rasulullah SAW yang kosong,
sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, dia tidak dapat menahan perasaannya
lagi, lalu dia menjerit dan akhirnya dia pingsan. Orang-orang yang berada di
dalam masjid menjadi bising sehingga terdengar oleh Rasulullah saw.

Baginda bertanya: "Wahai Fatimah, suara apakah yang bising itu?"

Siti Fatimah menjawab: "Orang-orang menjadi bising dan bingung kerana
Rasulullah saw tidak ada bersama mereka."

Kemudian Rasulullah saw memanggil Ali bin Abi Talib dan Abbas r.a. Sambil
dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda
solat dua rakaat.

Setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda: "Ya ma aasyiral
Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah.
Sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua, setelah aku tiada. Aku
berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT kerana aku akan
meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam
akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini."

MALAIKAT MAUT DATANG BERTAMU
Pada hari esoknya yaitu pada hari Isnin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut
supaya dia turun menemui Rasulullah saw dengan berpakaian sebaik-baiknya.

Dan Allah menyuruh Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah saw dengan lemah
lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk.
Tetapi jika Rasulullah saw tidak mengizinkannya, dia tidak boleh masuk dan
hendaklah dia kembali saja.

Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Dia menyamar
sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman
Rasulullah
saw, Malaikat Maut itupun berkata: "Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian,
sumber wahyu dan risalah!"

Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: "Wahai Abdullah
(hamba Allah), Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit."

Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: "Assalamualaikum, bolehkah saya
masuk?"

Akhirnya Rasulullah saw mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda
bertanya
kepada puterinya Fatimah: "Siapakah yang ada di muka pintu itu?"

Fatimah menjawab: "Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya
bahawa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan
suara yang menggetarkan sukma."

Rasulullah saw bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?"

Fatimah menjawab: "Tidak wahai baginda."

Lalu Rasulullah saw menjelaskan: "Wahai Fatimah, dia adalah pengusir
kelazatan, pemutus keinginan, pemisah jemaah dan yang meramaikan kubur".

Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Masuklah, wahai Malaikat Maut."

Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: "Assalamualaika ya
Rasulullah."

Rasulullah saw pun menjawab: "Waalaikassalam ya Malaikat Maut. Engkau datang
untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?"

Malaikat Maut menjawab: "Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa.
Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang."

Rasulullah saw bertanya: "Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan
kecintaanku Jibril?"

Jawab Malaikat Maut: "Saya tinggal dia di langit dunia."

Baru sahaja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril a.s. datang lalu
duduk di samping Rasulullah saw.

Maka bersabdalah Rasulullah saw: "Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui
bahawa ajalku telah dekat?"

Jibril menjawab: "Ya, wahai kekasih Allah."

KETIKA SAKARATUL MAUT:
Seterusnya Rasulullah saw bersabda: "Beritahu kepadaku wahai Jibril, apakah
yang telah disediakan Allah untukku di sisinya?"

Jibril pun menjawab: "Bahawasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan
malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu."

Baginda saw bersabda: "Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa
lagi yang telah disediakan Allah untukku?"

Jibril menjawab lagi: "Bahawasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan
bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan
buah-buahnya
telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu."

Baginda saw bersabda lagi: "Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu
lagi wahai Jibril, apa lagi yang disediakan Allah untukku?"

Jibril menjawab: "Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang
pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti."

Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Segala puji dan syukur aku panjatkan untuk
Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang
menggembirakan
aku."

Jibril a.s. bertanya: "Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan
tanyakan?"

Rasulullah saw menjawab: "Tentang kegelisahanku. Apakah yang akan diperolehi
oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi
orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan
diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?"

Jibril menjawab: "Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya
Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat,
sampai engkau dan umatmu memasukinya terlebih dahulu."

Maka berkatalah Rasulullah saw: "Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku.
Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku."

Lalu Malaikat Maut pun mendekati Rasulullah saw.

Ali r.a. bertanya: "Wahai Rasulullah saw, siapakah yang akan memandikan
baginda dan siapakah yang akan mengafaninya?"

Rasulullah menjawab: "Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali,
sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak
wangi) dari dalam Syurga."

Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah saw. Ketika roh
baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: "Wahai Jibril, alangkah
pedihnya maut."

Mendengar ucapan Rasulullah itu, Jibril a.s. memalingkan mukanya.

Lalu Rasulullah saw bertanya: "Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka
memandang mukaku?"

Jibril menjawab: "Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka
baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?"

Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah saw.

KESEDIHAN SAHABAT MUAZ bin JABAL R.A
Berkata Anas r.a.: "Ketika aku lalu di depan pintu rumah Aisyah r.a., aku
terdengar dia sedang menangis sambil mengatakan: Wahai orang-orang yang tidak
pernah memakai sutera, wahai orang-orang yang keluar dari dunia dengan perut
yang tidak pernah kenyang dari gandum, wahai orang-orang yang telah memilih
tikar daripada singgahsana, wahai orang-orang yang jarang tidur diwaktu malam
kerana takut Neraka Sa'ir."

Dikisahkan dari Said bin Ziyad dari Khalid bin Saad, bahawasanya Muaz bin
Jabal
r.a. telah berkata: "Rasulullah saw telah mengutusku ke Negeri Yaman untuk
memberikan pelajaran agama di sana. Maka tinggallah aku di sana selama 12
tahun.
Pada satu malam aku bermimpi dikunjungi oleh seseorang. Kemudian orang itu
berkata kepadaku: Apakah anda masih lena tidur juga wahai Muaz, padahal
Rasulullah saw telah berada di dalam tanah?"

Muaz terbangun dari tidur dengan rasa takut, lalu dia mengucapkan:
"A'uzubillahi minasy syaitannir rajim." Lalu setelah itu dia mengerjakan
solat. Pada malam seterusnya, dia bermimpi seperti mimpi malam yang pertama.

Muaz berkata: "Kalau seperti ini, bukanlah dari syaitan." Kemudian dia
memekik sekuat-kuatnya, sehingga didengar sebahagian penduduk Yaman. Pada
keesokan harinya, orang ramai berkumpul lalu Muaz berkata kepada mereka:
"Malam tadi dan malam sebelumnya saya bermimpi yang sukar untuk difahami.
Dahulu, bila Rasulullah saw bermimpi yang sukar difahami, baginda membuka
Mushaf
(al-Quran). Maka berikanlah Mushaf kepadaku." Setelah Muaz menerima Mushaf,
lalu dibukanya. Maka nampaklah firman Allah yang bermaksud: "Sesungguhnya kamu
akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula." (Surah Az-Zumar: ayat 30)


Maka menjeritlah Muaz, sehingga dia tidak sadarkan diri. Setelah dia sadar
kembali, dia membuka Mushaf lagi dan dia nampak firman Allah yang berbunyi:
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan
berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka
dia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada orang-orang yang bersyukur?" (Surah
Al-lmran: ayat 144) Maka Muaz pun menjerit lagi: "Aduhai Abal-Qassim. Aduhai
Muhammad."

Kemudian dia keluar meninggalkan Negeri Yaman menuju ke Madinah. Ketika dia
akan
meninggalkan penduduk Yaman, dia berkata: "Seandainya apa yang ku lihat ini
benar, maka akan meranalah para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin,
dan kita akan menjadi seperti biri-biri yang tidak ada pengembala."

Kemudian dia berkata: "Aduhai, sedihnya berpisah dengan Nabi Muhammad saw."
Lalu dia pun pergi meninggalkan mereka. Di saat dia berada pada jarak lebih
kurang tiga hari perjalanan dari Kota Madinah, tiba-tiba terdengar olehnya
suara
halus dari tengah-tengah lembah yang mengucapkan firman Allah yang bermaksud:
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati."

Lalu Muaz mendekati sumber suara itu. Setelah berjumpa, Muaz bertanya kepada
orang tersebut: "Bagaimana khabar Rasulullah saw?" Orang tersebut menjawab:
"Wahai Muaz, sesungguhnya Muhammad saw telah meninggal dunia." Mendengar
ucapan itu, Muaz terjatuh dan tak sadarkan diri. Lalu orang itu
menyadarkannya.
Dia memanggil Muaz: "Wahai Muaz, sedarlah dan bangunlah."

Setelah Muaz sedar kembali, orang tersebut lalu menyerahkan sepucuk surat
untuknya yang berasal dari Abu Bakar As-siddiq, dengan kop dari Rasulullah
saw.
Tatkala Muaz melihatnya, dia lalu mencium kop tersebut dan diletakkan di
matanya. Kemudian dia menangis dengan tersedu-sedu. Setelah puas dia menangis,
dia pun melanjutkan perjalanannya menuju Kota Madinah. Muaz sampai di Kota
Madinah pada waktu fajar menyingsing. Didengarnya Bilal sedang mengumandangkan
azan Subuh. Bilal mengucapkan: "Asyhadu Allaa Ilaaha Illallah?" Muaz
menyambungnya: "Wa Asyhadu Anna Muhammadur Rasulullah." Kemudian dia
menangis dan akhirnya dia jatuh dan tak sadarkan diri lagi.

Pada saat itu, di samping Bilal bin Rabah ada Salman Al-Farisy r.a. lalu dia
berkata kepada Bilal: "Wahai Bilal, sebutkanlah nama Muhammad dengan suara
yang kuat dekatnya. Dia adalah Muaz yang sedang pingsan." Setelah Bilal
selesai azan, dia mendekati Muaz, lalu dia berkata: "Assalamualaika, angkatlah
kepalamu wahai Muaz, aku telah mendengar dari Rasulullah saw, baginda
bersabda:
Sampaikanlah salamku kepada Muaz." Maka Muaz pun mengangkatkan kepalanya
sambil menjerit dengan suara keras, sehingga orang-orang menyangka bahawa dia
telah menghembuskan nafas yang terakhir. Kemudian dia berkata: "Demi ayah dan
ibuku, siapakah yang mengingatkan aku pada baginda, ketika baginda akan
meninggalkan dunia yang fana ini, wahai Bilal? Marilah kita pergi ke rumah
isteri baginda Siti Aisyah r.a."

Setelah sampai di depan pintu rumah Siti Aisyah, Muaz mengucapkan:
"Assalamualaikum ya ahlil bait, wa rahmatullahi wa barakatuh." Yang keluar
ketika itu adalah Raihanah, dia berkata: "Aisyah sedang pergi ke rumah Siti
Fatimah." Kemudian Muaz menuju ke rumah Siti Fatimah dan mengucapkan:
"Assalamualaikum ya ahlil bait."

Siti Fatimah menyambut salam tersebut, kemudian dia berkata: "Rasulullah saw
bersabda: Orang yang paling alim di antara kamu tentang perkara halal dan
haram
adalah Muaz bin Jabal. Dia adalah kekasih Rasulullah saw." Kemudian Fatimah
berkata lagi: "Masuklah wahai Muaz." Ketika Muaz melihat Siti Fatimah dan
Aisyah r.a., dia terus pingsan dan tak sedarkan diri. Setelah dia sedar,
Fatimah
lalu berkata kepadanya: "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Sampaikanlah
salam saya kepada Muaz dan khabarkan kepadanya bahawasanya dia kelak dihari
kiamat sebagai imam ulama." Kemudian Muaz bin Jabal keluar dari rumah Siti
Fatimah menuju ke arah kubur Rasulullah saw.

(Dipetik dari buku 1001 Duka - Himpunan Kisah-kisah Menyayat Hati)

Kamis, 06 Juni 2013

CAT'S MOO :)

Gambar-gambar kucing yang lucu, imut, ngegemesin, tapi ada harunya juga, kasihan juga ada














OBJEK WISATA DI KOTA MEKAH

Tidak hanya tempat bersejarah, Mekah kini memiliki objek wisata baru yang modern dan futuristik, yaitu sebuah jam raksasa yang saat ini memegang rekokr sebagai jam terbesar di dunia. Sebutannya banyak, mulai dari Giant Clock Tower Mekka, Abraj Al-Bait Towers, Menara Jam Raksasa hingga Mecca Royal Hotel Clock Tower.

 1. Jam Raksasa
Jam super besar ini pasti menjadi objek wisata yang harus dilihat dan dikunjungi ketika berkunjung ke Mekah. Jam yang berada di puncak pencakar langit tertinggi kedua setelah Burj Khalifa di Dubai ini mempunyai ketinggian 600 meter dengan diameter jam 40 meter. Diameter ini mengalahkan jam Cevahir Mall di Istanbul yang hanya 36 meter. Besar menara jam bermuka empat ini juga mengalahkan jam serupa yang saat ini dipegang menara Big Ben di London. Jam ini juga akan menjadi salah satu ikon Arab Saudi karena bisa terlihat dari jarak yang cukup jauh yaitu lebih dari 25 km. Proyek yang menelan biaya USS 800 juta ini dirancang oleh para insinyur Jerman dan Swiss. Bulan sabit emas yang sangat besar dengan diameter 23 meter dipatas diatas puncak menara. Penambahan menara jam di komplek Masjid Agung Mekah yang menjadi wajah Muslim diseluruh dunia ini merupakan bagian dari upaya Arab Saudi untuk mengembangkan kota yang dikunjungi oleh jutaan peziarah setiap tahunnya.
2. Masjidil Al-Haram
Ini tempat wajib didatangi, terutama jamaah haji dan umroh, karena ada rukun haji dan umroh disini mengelilingi Kakbah (thawaf) dan berlari-lari kecil (sa'i) antara bukit Safa dan Marwah yang ada di kompleks masjid. Banyak hal diluar ibadah yang bisa dinikmati (dikagumi) didalam masjid yang bernilai sejarah, terutama Kakbah, Hajar Aswad (batu hitam) yang menempel di Kakbah, Maqam Ibrahim (jejak kaki Nabi Ibrahim as), Hijr Ismail (lokasi rumah Nabi Ismail as sekaligus tempat dimakamkannya sang ibunda, Siti Hajar), Sumur Zam-zam, Mizabe Rahmah (kanal air zamzam), Multazam (tempat doa hijabah).
3. Jannatul Mualla
Pemakaman di Mekah yang dikenal juga dengan nama Al-Hajun. Disebut-sebut sebagai makam suci kedua setelah pemakaman Baqi di Madinah. Di Al-Hajun dimakamkan keluarga Nabi Muhammad SAW, antara lain: Abdul Muthalib, Siti Aminah, Abu Thalib, Siti Khadijah, dan putra beliau, Qasim.
4. Gua Hira-Jabal Nur
Gua Hira yang ada di lereng Jabal (Gunung) Nur ini tempat Nabi SAW menyendiri (khalawat) hingga menerima wahyu pertama. Jabal Nur adalah salah satu dari deretan gunung berbatu yang mengelilingi kota Mekah. Letaknya di Timur Laut kota Makah. Jaraknya sekitar 6 km dari Kakbah. Untuk mendaki bukit yang sepenuhnya terdiri atas susunan batu-batu tajam dan licin itu diperlukan waktu sekitar 1.5 jam.
5. Gua Tsur-Jabal Tsur 
Ada di Jabal Tsur atau Gunung Tsur. Ini tempat Nabi Saw bersembunyi bersama Abu Bakar as dari kejaran kaum kafir Quraisy saat hendak hijrah ke Madinah. Di Jabal Tsur yang tandus itu Rasulullah saw dan Abu Bakar as berlindung selama tiga hari tiga malam.
Berjarak 5 km dari kota Mekah, Jabal Tsur burupa barisan bukit batu dan merupakan perbukitan tertinggi di Mekah. Gunung Tsur memiliki tiga puncak yang bersambungan. Di salah satu puncak Jabal Tsur itulah tempat Gua Tsur. Dulu banyak jamaah haji berupaya naik ke Jabal Tsur dan melihat Gua Tsur. Namun, kondisi medan bukit yang terjal, serta waktu tempuh yang cukup lama sekitar 2-3 jam untuk mencapai gua, membuat pemerintah Arab Saudi mengeluarkan larangan naik ke Jabal Tsur. Jamaah kini hanya bisa menyaksikan Jabal Tsur dari bawah bukit. 
6. Badr 
Perkampungan antara Mekah dan Madinah. Sebanyak 14 Syuhada Perang Badr dimakamkan di wilayah ini. Dekat lokasi pemakaman Syuhada Perang Badar ini ada Masjid Al-Arish. Di masjid inilah Nabi Saw dan para sahabat menunaikan shalat selama perang. 
7. Gunung Uhud 
Lokasi Perang Uhud yang membuat paman Nabi Saw, Hamzah, gugur dimakamkan disini bersama Syuhada lainnya. Kita bisa menaiki gunung yang tidak terlalu tinggi ini dan berziarah ke makam para Syuhada Perang Uhud. 
8. Jabal Rahmah 
Jabal Rahmah yang berarti "gunung/bukit rahmat" atau "gunung kasih sayang". Diatasnya ada tugu sebagai tanda tempat pertemuan Nabi Adam as dan SIti Hawa. Dikisahkan, di bukit inilah Nabi Adam as dan Hawa bertemu setelah 100 tahun diturunkan ke bumi. 
Ada keyakinan, tempat ini merupakan tempat terbaik untuk berdoa meminta jodoh. Dikatakan, apabila seseorang berdoa diatas bukit ini untuk meminta pendamping hidupnya, niscaya doanya dikabulkan Allah swt. Wallahua'alam. 
9. Suquq Lail-Tempat Lahir Nabi Saw 
Rasulullah saw diyakini lahir dikaki Gunung Abi Qubais di kampung Suquq Lail, Makkah. Kini rumah tempat kelahiran beliau menjadi perpustakaan umum. Terulis didepannya huruf Arab "Maktabah Makkah al-Mukarramah" yang artinya "Perpustakaan Mekkah al-Mukarramah". Tempat ini dulunya dikenal dengan "Lembah Abu Thalib". Pada tahun 1950, tempat lahir Nabi Saw itu dijadikan wakaf perpustakaan atas permintaan Sheikh Abbas Al-Qattan yang menjabat sebagai Gubernur Mekah saat itu. 
10. Pasar Seng (Tinggal Kenangan) 
Pasar ini dulunya dikenal oleh jamaah haji Indonesia. Sayangnya, kini pasar yang dekat Masjidil Haram ini tinggal kenangan karena tergusur oleh proyek perluasaan Masjidil Haram. 

Sabtu, 04 Mei 2013

Niat Yang Ikhlas

Ikhlas adalah kesempurnaan agama, derajat yang tinggi dan syarat diterimanya sebuah amal disisi Allah swt. Ikhlas artinya menetapkan tujuan amal sebelum mengerjakannya. Ikhlas adalah memasang niat dalam amal untuk mengharap wajah Allah swt semata. Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya setiap amal tergantung kepada niat dan setiap orang memperoleh apa yang ia niatkan." (Muttafaqun 'Alaihi)
Begitu besar pengaruh niat terhadap amal. Abdullah bin Al-Mubarak mengatakan: "Berapa banyak amal besar yang menjadi kecil nilainya karena niat. Dan berapa banyak amal kecil yang menjadi besar nilainya karena niat". Sebuah amal yang terlihat besar seperti haji atau menyedekahkan harta dalam jumlah yang besar biasa saja tidak bernilai di sisi Allah swt karena niat yang tidak ikhlas. Sebaliknya, amal yang tampaknya sepele seperti menyingkirkan duri dari jalan atau sekedar memberikan senyuman saat bertemu teman bisa saja sangat bernilai di sisi Allah swt karena niat yang ikhlas. 
Niat yang lurus dan ikhlas sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan seorang insan di dunia maupun di akhirat. Keberkahan akan senantiasa menyertai langkahnya. Sebaliknya, niat yang tidak baik, tidak ikhlas atau niatnya hanya semata-mata mengejar dunia, maka akan menghambat langkahnya. Anas ra meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah swt akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, Allah swt memudahkan urusannya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk dan hina. Dan barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, niscayaAllah swt akan menjadikan kemiskinan terpampang dihadapan matanya, Allah swt akan jadikan urusannya berantakan dan ia tidak akan memperoleh dunia kecuali apa-apa yang telah ditetapkan baginya". (H.R. At- Tirmidzi, Ahmad dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah). 

Maka jangan lupa pasanglah niat yang ikhlas semata-mata mengejar pahala akhirat niscaya Allah swt akan memudahkan urusan kita di dunia dan di akhirat.